[Baca Novel Dewasa] A Man with Roses Ch. 4 (Hal. 8)

[Baca Novel Dewasa] A Man with Roses Ch. 4 (Hal. 8) - Hallo ѕаhаbаt Mari Membaca Novel, Pаdа Artikel уаng аndа bаса kali іnі dеngаn judul [Baca Novel Dewasa] A Man with Roses Ch. 4 (Hal. 8), kаmі tеlаh mempersiapkan аrtіkеl іnі dеngаn bаіk untuk anda bаса dan аmbіl іnfоrmаѕі dіdаlаmnуа. mudаh-mudаhаn isi роѕtіngаn Artikel A Man With Roses, уаng kаmі bagikan іnі dapat аndа pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : [Baca Novel Dewasa] A Man with Roses Ch. 4 (Hal. 8)
link : [Baca Novel Dewasa] A Man with Roses Ch. 4 (Hal. 8)

Baca juga


[Baca Novel Dewasa] A Man with Roses Ch. 4 (Hal. 8)

Ada sebuah permainan seru saat orientasi siswa baru –seru bagi para senior, tapi kutukan bagi seorang yunior, yaitu dirinya. Jam istirahat sudah berlalu dan semua anak baru harus berada di luar kelas sebelum kegiatan selanjutnya dimulai. Satu persatu memasuki kelas setelah tanda dibunyikan diawasi oleh dua orang senior –salah satunya Cassandra yang tersenyum penuh arti saat Uki melewatinya.

Senior yang lainnya mulai mengabsen untuk memastikan nggak ada yunior yang terlambat –padahal kalau ada yang terlambat mereka bisa lebih senang lagi, karena punya alasan untuk mengerjai demi kepuasan batin. Tapi, di kelompok Uki nggak ada seorang pun yang terlambat.

Cassandra masuk, melenggak-lenggok di depan kelas dengan rok di atas lutut yang seringkali membuat anak-anak cowok berfantasi liar tentangnya. "Bagus kalian semua nggak telat," kata dia. "Karena saya mau menginformasikan sesuatu yang sangat penting"

Anak-anak itu terkesiap. Apa permainan baru lagi? atau ada yang mau dihukum lagi?

"Siang ini, salah seorang senior di kelas dua kehilangan dompetnya di kantin," kata dia dan sebagian ada yang mendengus.

Itu sih bukan informasi penting –bisa jadi mengada-ada. Tapi, mereka harus tetap mendengarkannya sampai selesai.

"Tadi kalian semua ada yang makan di kantin 'kan?" tanya Cassandra dan sebagian sekarang cemberut –jadi dituduh mencuri, begitu?

Uki dan Sasha saling tertawa –mereka tahu, kalau itu Cuma lelucon untuk menjebak salah seorang untuk dikerjai. Benar-benar permainan yang nggak mutu!

"Jadi, untuk memastikan kalau dompet itu nggak ada di sini, bagaimana kalau kita periksa tas kalian masing-masing? Karena bisa aja… pencurinya ada di sini" kata Cassandra, tapi entah kenapa matanya langsung tertuju ke Uki.

Uki terkesiap. Sadar, ia raba tasnya yang sedari tadi tertinggal di dalam kelas. Ada sesuatu yang sepertinya bukan miliknya tersimpan di sana dan entah sejak kapan. Ya, sebuah dompet –dompet cowok. Uki akan dituduh mencuri dompet kakak senior dan mereka membuatnya seperti benar-benar terjadi. Padahal semua tahu seseorang sengaja menaruh dompet itu di dalam tasnya pada jam istirahat.

Well, it's just a game…

Semua tahu, Rukia adalah sasaran paling empuk buat dikerjai habis-habisan tahun ini. setelah dirinya tertangkap dengan barang bukti, senior langsung menjatuhkan hukuman yang berat untuknya –mengembalikan dompet itu ke pemiliknya. Dari kartu pelajar yang ada di dalamnya, dompet itu milik seorang bernama Angel Florissa Wiradilaga. Ia sudah tahu nama yang manis itu milik seorang cowok. Nama yang menggelikan untuk cowok berbadan besar dan tegap, dan kelihatannya pemarah.

Dengan bersungut-sungut Uki mendekati cowok yang sedang duduk di sudut kantin itu. dia sedang asyik makan nasi goreng. Setelah dompet dikembalikan masalahnya beres dan mudah-mudahan uang di dalamnya nggak berkurang. Karena jika senior yang iseng mengambil selembar saja, si Angel ini pasti menuduhnya. Tapi, apa dia akan tahu kalau uangnya hilang karena jumlahnya banyak sekali untuk ukuran anak SMA yang paling hanya jajan bakso dan nasi goreng di kantin? Sampai saat ini belum ada yang pernah membuat Uki takut berhadapan dengan orang. Dalam hatinya yang mengutuk keisengan senior itu, ia merasa ini belum akan membuatnya menangis seperti yang mereka lakukan pada yunior lainnya kemarin. walaupun cowok ini kayaknya agak ganas dan nyeremin.

"Permisi, kak," tegurnya dengan suara pelan. Uki sama sekali nggak tahu bahwa cowok inilah yang bernama Rory –satu-satunya orang yang harus ia hindari di sekolah ini!

Rory mengangkat kepalanya dan menatap sosok asing gadis pendek berseragam SMP sudah ada di depannya. Lalu mengernyit.

"Aku mau balikin ini," kata Uki menyodorkan dompet miliknya dan Rory sudah lebih dulu kaget.

Seorang cewek? "Elo…" mulutnya ingin mengatakan sesuatu tapi mendadak kaku. Ia memandangi Uki dari ujung kepala. Badannya kecil, kurus kayak kurang gizi, agak dekil, dan… dia berani mengempesi ban mobilnya? Rory hampir nggak percaya!

Uki menunggunya mengatakan sesuatu walaupun jantungnya sudah dag-dig-dug sejak tadi dan ia masih belum punya firasat apa-apa soal cowok ini.

Dompetnya memang nggak ada –karena Cassandra sengaja meminjamnya untuk property. Dan itulah sumber petakanya –Cassandra belum bilang kalau tersangka perusakan mobilnya adalah seorang cewek yang modelnya begini! Dia pikir orang itu adalah cowok slengekan yang sok nantangin dan pengecut! Rory langsung berdiri mengambil dompetnya dengan kasar dari tangan Uki. Masa sih dia mau ngebalas cewek itu pakai bogem mentah?

Dasar Cassandra sialan!, gerutunya dalam hati dan kesal bukan main.

"Jadi elo yang ngerusakin mobil gue?!" tanya dia nggak habis pikir. Menahan nafas karena ia hampir nggak bisa mengendalikan emosinya sejak kemarin. Malahan sekarang dia jadi makin kesal sama Cassandra!

Uki syok. Seketika ia merasa takut. Keberaniannya langsung lumer. Teringat sama mobil BMW Silver yang bannya kempes dan catnya tergerus dalam.

Rory geleng-geleng kepala dan kesal sendiri. "Kenapa sih harus cewek?!" teriaknya tiba-tiba, hendak melampiaskan amarahnya pada Uki tapi ia tahan dengan mengepalkan tangannya. "Kalau lo cowok pasti udah gue hajar!"

Uki hanya menatapnya –takut kalau-kalau cowok itu mau memukulnya. Tapi, sepertinya cowok itu tengah berusaha untuk nggak marah. Aneh sih, melihat dia menahan emosi seperti kepalanya   mau   meledak begitu.

"Kenapa sih lo lakuin itu?!" teriak Rory   lagi padanya. "Lo nggak tahu itu BMW seri terbaru. Catnya jadi rusak gara-gara lo, cebol!"

Iiih, nih orang! Uki mulai ikutan emosi karena dipanggil cebol.

"Aku nggak peduli, mau BMW mau bemo kek, pokoknya mobil itu udah nyiprat aku kemarin pagi! Setelah itu aku sial, tau?!" balas Uki dan Rory kaget lagi –berani juga dia menjawab dengan suara lantang begitu!

Yang ada Rory, hanya kembali mengelus dada. Dia nggak merasa menciprat seseorang kemarin pagi –begitulah seingatnya. “Mana gue tahu!” balas dia seenaknya sambil bertolak pinggang. “Pokoknya gue nggak mau tahu, lo harus bayarin biaya bengkel mobil gue atau kalau lo nggak mau, gue bakal bikin hidup lo menderita selama di sini!”

“Apa?!” balas Uki. Cowok apaan beraninya sama cewek?

“Gimana?” tantang Rory.

Uki menggeleng-geleng dengan ragu. Ia mulai sadar kalau berdebat sama cowok ini, hasilnya akan sama. Dia tetap bakal dijadikan bulan-bulanan. Lagian kalau disuruh ganti rugi bayar biaya bengkel, juga nggak mungkin. Mana Uki punya duit? Buat keperluan bulan ini saja mungkin uang kiriman ibunya nggak akan cukup.

“Aku nggak punya uang…” kata Uki, pipinya merah sekali karena malu.

“Nah! Bener juga dugaan gue, lo nggak bisa ganti rugi biaya bengkel mobil gue!” balas Rory. “Udah tahu lo nggak punya duit lo masih berani nantangin gue!”

Uki makin gentar dibuatnya. Ada ya cowok yang kasarnya minta ampun begini? Sehingga ia hanya tertunduk. Menunggu cowok ini berhenti marah-marah.

“Tapi, sebagai gantinya lo harus ikutin apa kata gue, kalau nggak seisi sekolah bakal nge-bully lo habis-habisan!” putus Rory dan bikin Uki lebih syok lagi.

Jebakan apa lagi sih ini?

“Ma…maksudnya?”

Kedua tangan Uki sudah gemetaran.

“Lo harus ngelakuin apapun yang gue minta, ngerti?!” kata Rory keras padanya dan Uki bergidik. Itu terdengar seperti ancaman sampai-sampai bulu roma merinding.

Orang yang melihatnya marah saja juga takut-takut kalau Rory melihat mereka mengintip dari jauh. Ternyata orang ini memang berbahaya. Jantung Uki seakan ingin melompat keluar. Teman seangkatan dia saja takut mendengar suaranya, apalagi jika dia pakai kekerasan seperti yang dia lakukan pada meja itu. Yang kasihan bukan mejanya, tapi si ibu penjaga kantin yang hanya bisa diam dan memaklumi kelakuan bengisnya Rory.

 “Ngapain lo masih di situ, Cebol?!" hardiknya "Ikut gue!”

Dengan patuh Uki pun mengikuti langkah Rory yang cepat menuju sudut lain dari kantin –tempat ketiga temannya biasa duduk menghabiskan jam istirahat, sudah pasti di sana ada Erris juga. Uki sempat kaget, menemukannya di sana. Ternyata benar yang dibilang sama Cassandra, mereka berteman.

***



Dеmіkіаnlаh Artikel [Baca Novel Dewasa] A Man with Roses Ch. 4 (Hal. 8)

Sеkіаnlаh artikel [Baca Novel Dewasa] A Man with Roses Ch. 4 (Hal. 8) kаlі іnі, mudаh-mudаhаn bіѕа mеmbеrі mаnfааt untuk anda ѕеmuа. bаіklаh, ѕаmраі jumра dі postingan artikel lаіnnуа.

Andа ѕеkаrаng mеmbаса artikel [Baca Novel Dewasa] A Man with Roses Ch. 4 (Hal. 8) dеngаn lіnk https://ebookzea.blogspot.com/2020/07/baca-novel-dewasa-man-with-roses-ch-4_31.html

0 Response to "[Baca Novel Dewasa] A Man with Roses Ch. 4 (Hal. 8)"

Post a Comment